Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

wasiat, wakaf, hibah dan hadiah

1.       Wasiat, Pengertian, Tujuan dan Ketentuan Hukumnya Dilihat dari segi kebhasaan lafal wasiat bermakna menyampaikan. Kemudian lafal tersebut digunakan sebagai sebuah istilah dalam fiqh islam dengan makna pemberian sesuatu kepada orang lain melalui pesan yang dinyatakan sebelum pemberinya meninggal, dan direalisasikan pesan pemberiannya itu sesudah pembernya itu meninggal dunia. Wasiat tersebut disyariatkan allah dalam rangka membina kekuatan ekonomi keluarga yang mungkin tidak terjangakau oleh norma kewarisan. Dengan adanya norma wasiat semua yang berhak atas yag akan ditinggalkan seseorang, terjangkau semuanya sehingga tidak akan ada yang terabaikan dan kehidupan keluarga serta kerabat yang ditinggalkannya itu tetap dalam keadaan baik. Untuk itulah allah memerintahkan pada setiap muslim, untuk menyampaikan pemberian melaui wasiat, sebagaimana dikemukakan dalam surah al-baqarah ayat ke 180 yang berbunyi : كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ ت

resume modernisasi pendidikan islam

Modernisasi mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham, adat istiadat, istitusi lama dan sebagainya, agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Kata modernisasi bersumber dari barat, dalam bahasa Arab modernisasi diterjemahkan menjadi tajdid. Modernisasi atau pembaruan juga berarti proses pergeseran sikap dan mental sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Pembaruan pendidikan Islam esensinya adalah pembaruan pemikiran pada prespektif intelektual muslim. Pembaruan pemikiran dalam Islam sangat berkaitan dengan pendidikan yang merupakan sarana paling penting bukan saja wahana pemeliharaan, pelestarian, penanaman dan pewarisan nilai-nilai dan tradisi suatu masyarakat, tetapi juga sebagai sarana kreasi yang dapat menciptakan, mengembangkan dan mentransformasikan masyarakat ke arah pembentukan budaya baru. Itulah sebabnya me

perniagaan rasulullah SAW

Perniagaan adalah perkara yang penting dalam Islam, malah menjadi satu terminologi yang sering disebut dalam al-Quran, contohnya: “Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan tetap mendirikan solat serta mendermakan dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka secara sembunyi atau secara terang-terangan, mereka mengharapkan sejenis perniagaan yang tidakakan rugi(35:29)” “Wahai orang-orang yang beriman. Mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi sakitnya? Yakni kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta kamu berjuang membela dan menegakkanugama Allah dengan harta benda dan diri kamu, yang demikian itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu hendak mengetahui (61:10-11)” Kenapa Allah menyebut perniagaan dan bukan pekerjaan? Kerana perniagaan itu ialah sesuatu yang menguntungkan dan memerlukan usaha tulang empat kerat kita sendiri. Dan boleh juga merugikan sekiranya tidak dijalankan dengan betul. Dan R

penjelasan Hadits Tentang Pohon yang Ditanam yang Dimakan Adalah Sedekah

Hadits Tentang Pohon yang Ditanam yang Dimakan Adalah Sedekah حَدِيْثُ اَنَسٍ رضى الله عنه قَالَ: مَامِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ اَوْيَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ اَوْاِنْسَانٌ اَوْبَهِيْمَةٌ اِلاَّكَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ. (اخرجه البخارى فى كتاب المزاعة) “ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori) .Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia bercerita bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً “Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah b

penjelasan hadits tentang larangan menelantarkan tanah

.    Hadits Tentang Larangan Menelantarkan Tanah حَدِيْثُ جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ رضى الله عنهما, قَالَ : كَانَتْ لِرِجَالٍ مِنَّا فُضُوْلُ اَرَضِيْنَ, فَقَالُوْا نُؤَاجِرُهَا بِالثُّلُثِ وَالرُّبُعِ وَالنِّصْفِ, فَقَالَ النَّبِىُّ ص.م. : مَنْ كَانَتْ لَهُ اَرْضٌ فَلْيَزْرَعْهَا اَوْلِيَمْنَحْهَا اَخَاهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُمْسِكْ أَرْضَهُ. “ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah) Selain dari hadits diatas, ada juga bersumber dari Abu Hurairah r.a. dengan lafazd sebagai berikut : حَدِيْثُ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قال: قال رسول الله عليه